MEREKONSTRUKSI PERADABAN ISLAM DI INDONESIA DENGAN MEWUJUDKAN KALENDER HIJRIYAH

Authors

  • Nihayatur Rohmah IAI NGAWI

DOI:

https://doi.org/10.56997/almabsut.v10i1.107

Keywords:

Peradaban, Kalender Hijriyah

Abstract

Kalender merefleksikan daya lenting dan kekuatan suatu peradaban, sehingga dengan demikian kehadiran kalender yang akurat dan konsisten merupakan suatu tuntutan peradaban (civilization imperative). Sejarah perkembangan dunia memperlihatkan bahwa ruang dan waktu menjadi pondasi utama terbangunnya peradaban. Namun demikian peradaban modern utamanya Barat, perkembangannya tak lepas dari teori yang diperkenalkan oleh Anthony Giddens yakni mekanisme disembedding yang diwujudkan dalam pemisahan antara waktu dan ruang. Pemisahan ini menghasilkan waktu global yang dimaknai menjadi token untuk membangun kepercayaan. Dunia Islam yang masih sering terbentur pada dualisme oposisional metode hisab dan rukyat perlu mereposisi keduanya agar dapat membangun sistem waktu global sebagai sebuah instrument untuk pembentukan organisasi social yang juga bersifat global. Kalender hijriyah digagas tidak semata untuk kepentingan administratif bisnis dan politik, namun yang lebih penting adalah guna kepastian waktu ibadah. Ketika kalender dipaksakan menjadi kalender yang berbasis global (waktu berlaku satu dan sama untuk semua lokasi/ruang), maka tentu akan berbenturan dengan kaidah waktu ibadah yang bersifat local kecuali ketika kehadiran kalender hijriyah ini berlaku untuk kepentingan non ibadah. Mengkontekstualisasikan teori Giddens di atas dengan konteks ke Indonesiaan, maka kita memahami arti disembedding atau pemisahan antara ruang dan waktu berskala nasional. Selama ini, yang dianggap sebagai akar permasalahan dalam perbedaan penentuan awal bulan hijriyah terletak pada pemahaman aspek metodologis yakni hisab dan rukyat. Namun, faktanya untuk saat ini tidaklah demikian. Sudah saatnya mengakhiri dikotomi antara Rukyat dan hisab dan kemudian bersama-sama berfikir untuk membangun peradaban Islam yang termanifestasi dalam wujud kalender Islam yang mapan. Merekonstruksi arti disembedding ruang dan waktu dalam konteks Indonesia adalah proses separasi yang menjadikan waktu dan ruang menjadi konfigurasi baru yang tidak lagi terbatas dari lokalitas internal ormas keagamaan, terbatasnya pemahaman antara metodologis hisab atau rukyat sehingga waktu menjadi bersifat nasional dengan konsep Matla‟ Wilayatul Hukmi.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adian Husaini, Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban, PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007

Arnold Toynbee“The Disintegrations of Civilization†dalam Theories of Society, (New York, The Free Press, 1965),

Bernard Lewis, Islam and the West, (New York: Oxford University Press, 1993).

Budiono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2005

Huntington, Samuel P, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, Penj. M. Sadat Ismail, (Yogyakarta: Qalam, 2004).

Ilya Fadjar Maharika, Ruang dan Waktu sebagai Pondasi Peradabanâ€, (Jogjakarta: UII, 2016),

Irwan Cahyadi, 2012, Pengertian Dan Perbedaan Adat,Kebudayaan,dan Peradaban

Marvin Perry, Western Civilization A Brief History, (New York: Houghton Mifflin Company, 1997

Mochtar Lubis, ManusiaIndonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001

Patricia M. Mische „Toward a Civilization Worthy of the Human Person‟, introduction dalam buku Toward Global Civilization? The Contribution of Religions, Peter Lang Publising. Inc., New York, 2001,

Rohi Baalbaki, al-Mawrida Modern Arabic-English Dictionary), Libanon: Daar Al-Ilm lilmalayin, 1995)

Syamsul Anwar, Unifikasi Kalender Umat Islam sebagai Utang dan tuntutan Peradaban, (Jogjakarta : UII, 2016

Abstract View: 531,

Published

2016-04-01

Issue

Section

Articles